Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama
dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi
umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah
mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits
Nabi SAW yang berbunyi
اطلب العلم من المهد الى Ø§Ù„Ù„ØØ¯
Artinya
: tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
Azas
pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses
pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang
dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup
bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik
yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam
kehidupan masyarakat.
Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan
seumur hidup baru mulai dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR
No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang
menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain :
- Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan
jangka panjang )
- Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat.
Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan ).
Didalam
UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup,
dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa
pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan
khusus.
Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi
pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan
bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan
sikap keprobadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.
Pendidikan
informal yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. pendidikan
keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah satu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.
Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang
mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan,
ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarganya yang bersangkutan.
peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan
belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan masing-masing.
"setiap warga Negara
berkesempatan seluas-luasnya untuk menjadi peserta didik melalui
pendidikan sekolah ataupun luar sekolah dengan demikian, setiap warga
Negara diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari
kehidupanya dalam mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia ".
Dasar
dari pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan, bahwa
proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam maupun
diluar sekolah.
- 1. Alasan keadilan
Terselengaranya pendidikan seumur hidup secara meluas dikalangan
masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan
terwujudnya keadilan social. Masyarakat luas dengan berbagai stratanya
merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan. Selanjutnya
berarti pula persamaan social, ekonomi, dan politik. Hinsen menunjukkan
konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya pendidikan seumur
hidup yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional
untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley : 33). Dalam
hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa pendidikan seumur hidup
pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk
melestarikan ketidakadilan social (Cropley : 33).
- 2. Alasan ekonomi
Persoalan pendididkan seumur hidup dikaitkan dengan biaya
penyelenggaraan pendidikan, produktivitas kerja, dan peningkatan GNP. Di
Negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan
meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tak tertanggulangi. Di
satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan ,
sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat.
Tidak terkecuali di Negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan
munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis
pendidikan. Beberapa Negara maju merasakan beratnya beban biaya
penyelenggaraan pendidikan itu. Beberapa alternative dilakukan untuk
mengatasi mengatasi masalah pembiayaan itu antara lain dengan cara
memperbesar daya serap sekolah misalnya dengan system
double shift,
memperpendek masa pendidikan, meningkatkan pendayagunaan teknologi
pendidikan, mendiseminasikan inovasi-inovasi pendidikan, dan sebagainya.
Dalam hubungannya dengan masalah tersebut pendidikan seumur hidup yang
secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan
pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan
lebih longgar(Cropley : 35).
Contoh :
Di
daerah pedesaan banyak diselenggarakan latihan keterampilan di luar
usaha tani. Dengan demikian lewat latihan yang dilaksanakan para petani
yang umumnya hanya menjadi buruh tani akan mempunyai pilihan untuk
berusaha di luar usaha pertanian.
Mereka mengikuti latihan dalam
Balai Latihan Kerja (BLK) agar mempunyai salah satu atau beberapa
keterampilan yang dapat ditawarkan dalam pasaran kerja untuk menopang
kehidupannya. Oleh karena itu jenis-jenis latihan semacam ini termasuk
dalam ragam pertama, yaitu suatu pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan
pokok.
- 3. Alasan social
Berhubungan denga perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi
wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek.Perkembangan iptek yang
demikian pesat yang telahmelanda Negara maju dan Negara-negara
berkembang memberi dampak yang besar terhadap terjadinya
perubahan-perubahan kehidupan social ekonomi dan nilai budaya.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga
fungsi lainnya seperti fungsi ekonomi, rekreasi dan lain-lain, lebih
banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar
lingkungan keluarg, khususnya oleh sekolah. Dengan diambil alihnya
sebagian tigas pendidikan oleh sekolah, banyak orang tua yang mengira
bahwa seluruh tugas pendidikan sudah ditangani secara tuntas oleh
sekolah, sehingga orang tua hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebaliknya
sekolah menganggap bahwa pendidikan afektif sepenuhnya menjad tanggung
jawab orang tua. Ketidaksinkronan konsep pendidikan di lingkungan
keluarga dengan pendidikan di sekolah tersebut menimbulkan kesenjangan.
Kesenjangan tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan pendidikan
seumur hidup yang bersifat menembus batas-batas kelembagaan.
Jika
dahulu masa anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia
persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini
garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sudah menjadi
kabur. Semakin hari banyak remaja yang berumah tangga dan bekerja,
sedangkan di pihak lain semakin banyak orang dewasa yang bersekolah.
Garis pemisah yang kukuh antara kedua macam kelompok tersebut
berabad-abad telah dipertahankan di dalam kiehidupan bermasyarakat.
Berkat kemajuan perkembangan iptek banyak hal yang dahulunya hanya
menjadi hak istimewa kelompok dewasa, seperti hak untuk membuat
keputusan atas sesuatu yang menjadi pilihan anak, telah beralih kepada
kelompok anak dan remaja sendiri.
Situasi demikian juga terdapat
pada hubungan antara pekerjaan dengan pimpinan. Pola umum tentang
hubungan social antara pekerja dengan pimpinan yang dahulu harus
dipegang ketat sudah menjadi longgar. Pekerja di masa mendatang mungkin
harus melakukan peran social yang saat ini dianggap hanya cocok untuk
atasan.
Gejala social lain yang juga memiliki arti penting, yaitu
meningkatnya emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang telah berlangsung
demikian pesat telah mengubah konsep tentang dunia dan peran wanita,
demikian pula peran pria sebagai pencari nafkah. Banyak posisi yang
dahulu hanya cocok untuk pria, sekarang diisi oleh wanita, dan
sebaliknya.
Contoh:
orang
tua tidak lagi mampu mempersiapkan seluruh kebutuhan hari depan anak
dengan mendidiknya di rumah. Wajarr untuk masyarakat, maju seorang ayah
pergi ke kantor, ibunya ke tempat kerja lainnya dan anaknya dididik
orang lain di lembaga Penitipan Anak, Lembaga Pendidikan Pra Sekolah
atau sekolah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa :
Sumber kehidupan
adalah beragam pada masyarakat yang tidak tradisional. Dalam suatu
kelurahan, kita temui guru, dokter, pedagang batik, dll.
Setelah
dewasa, anak tidak selalu mempunyai sumber kehidupan yang sama dengan
orang tuanya. Anak tidak belajar untuk bekal kehidupannya melulu dari
orang tuanya saja. Dari orang lain mereka belajar lewat lembaga
pendidikan yang disebut sekolah, atau mungkin kurus, penyuluhan, latihan
dan lain-lain.
Apa yang harus dipelajari oleh seseorang untuk
dapat hidup tidak sesederhana seperti talarn masyarakat yang
tradisional. Untuk itu orang tua memerlukan orang lain atau lembaga
pendidikan untuk membantu mempersiapkan anaknya menyongsong hari depan
- 4. Alasan IPTEK
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang
berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka
kematian. Di segi lain muncul pendekatan-pendekatan baru dan perubahan
orientasi dalam proses belajar mengajar, konsep pengembangan tingkah
tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa, munculnya berbagai tenaga
kependidikan nonguru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin
bervariasi, dan lain-lain.Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya
bagi terselenggaranya pendidikan sepanjang hidup.
Contoh:
Di kawasan Asean berbagai inovasi pendidikan sudah banyak yang
didesiminasikan sejak tahun 70-an, seperti SD Pamong, SMP Terbuka,
Belajar Jarak Jauh dan lain-lain. Di segi lain muncul
pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses belajar
mengajar, konsep pengembangan tingkah laku,
perubahan {contohmakalah} dan siswa, munculnya berbagai tenaga
kependidikan nonguru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin
bervariasi dan lain-lain. Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya
bagi terselenggaranya Pendidikan Sepanjang Hidup.
- 5. Alasan pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek di satu sisi dalam skala
besar meminta pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi disisi yang
lain juga member andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang
banyak menyerap tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam
memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang
selalu saja berubah.
Untuk dapat menangani pekerjaan-pekerjaan
yang menuntut persyaratan-persyaratan baru seseorang harus berkemauan
untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara
terus-menerus. Kondisi seperti ini mengandung implikasi bahwa pendidikan
seumur hidup merupakan alternative yang dapat mengantisipasi pemecahan
masalah-maslah yang dihadapi oleh pekerja-pekerja di masa depan.
Contoh:
seorang petani tua berusaha mencari tahu mengenaicara-cara baru dalam
bercocok tanam, pemberantasan hama dan pemasaran hasil yang lebih
menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi oleh
usia. Hal yang semacam tidak terkecuali juga berlaku pada pedagang,
pengrajin, seniman, pendakwah dan lain-lain, lebih-lebih guru. Dorongan
belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan.
Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup, dan kehidupannya
dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam
sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidupnya manusia memang tidak
pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu,
menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif dan inovatif tprhadap
diri dan kemajuan zaman.
aku merasa bersalah padanya
akupun masih merindukannya
namun aku tak mungkin lagi dengannya
dua hati yang sama sama lembut dan tak bercelah
aku bagaikan diantara dua pangeran bijaksana
tak bercelah dan tak bisa kuhapus keduanya dari ingatanku….
walau sekarang aku bersama salah satu dari mereka
tahukah hati ini sebagian masih hanyut bersama yang lain
salah atau tidak…..aku sungguh tak kuasa menjelaskan
andaikan ini hanya permainan
kuingin bahagiakan keduanya
bersanding dengan keduanya
dan takkan kecewakan keduanya
andaikan diriku bisa terbagi
kurela memberikan sebagian untuknya
dan sebagian lagi untuk yang lain
aku tak kuasa tegarkan hati
bahwa kuharus bersama dengannya
sedangkan yang lain telah terluka
dan sangat terluka
dan masih tegar menunggu kapankah takdirnya bersamaku
aku sungguh hampir gila menghadapi kenyataan
bahwa dia bersamaku
dan yang lain masih tetap menugguku…..
semoga Tuhan berikanku kata “ya”
bagi dia yang telah bersamaku
Amin…